AS Siaga Hadapi Potensi Serangan Balasan Iran Usai Gempur Fasilitas Nuklir
- ANTARA/Anadolu
Washington, VIVA – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kini berada dalam status siaga tinggi, menyusul serangan militer terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Sabtu malam, 21 Juni 2025.
Langkah itu memicu kekhawatiran akan kemungkinan serangan balasan dari Teheran dalam waktu dekat.
Mengutip laporan NBC News, dua pejabat pertahanan dan seorang pejabat senior Gedung Putih menyebut bahwa serangan tersebut menargetkan Natanz, Fordow, dan Isfahan, tiga lokasi vital dalam program nuklir Iran.
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa langkah ini dilakukan untuk membatasi kemampuan nuklir Iran dan mendorong Teheran mengakhiri perang.
Trump juga mengeluarkan peringatan keras terhadap Iran.
"Jika Iran menolak untuk tunduk, maka konsekuensi yang lebih serius akan menyusul," kata Trump.
Sebagai langkah antisipasi, militer AS meningkatkan kewaspadaan selama 48 jam pasca-serangan. Meski belum diketahui pasti apakah Iran akan membalas di dalam atau luar negeri, otoritas pertahanan Amerika menyatakan siap menghadapi berbagai skenario.
Sementara itu, menurut Wall Street Journal, seorang pejabat AS menyebut bahwa Washington telah mengirim pesan ke Teheran bahwa serangan tersebut bersifat terbatas dan tidak dimaksudkan sebagai awal dari upaya menggulingkan pemerintahan Iran.
Pejabat itu juga mengungkapkan bahwa Presiden Trump sempat mempertimbangkan opsi militer yang lebih luas terhadap Iran, sebuah skenario yang telah dibahas dalam lingkup internal Gedung Putih selama beberapa hari terakhir.
Situasi ini mempertegang dinamika keamanan di Timur Tengah. Dunia kini menantikan bagaimana Iran akan merespons serangan yang berisiko menyeret kawasan ke dalam eskalasi yang lebih luas.
